Rabu, 02 Desember 2009

Sejarah Lanang Dawan Pemecutan

SEJARAH LANANG DAWAN PEMECUTAN


Penyerangan desa Dawan Kelungkung.

Diceritakan Ida I Dewa Agung Jambe Sakti di Puri Agung Kelungkung yang beribu dari Pemecutan yaitu Anak Agung Istri Jambe yang merupakan adik dari Kiyai Macan Gading Raja Pemecutan Ke II. Ida I Dewa Agung Jambe Sakti bermaksud untuk mengadakan upacara Pitra Yadnya sehingga dipanggillah Bagawanta Kemenuh dan Bagawanta Manuaba serta para sulinggih dan patih Agung.

  • Didalam pertemuan tersebut beliau menyampaikan maksudnya untuk mengadakan upakara Pitra Yadnya, namun sebelumnya beliau ingin berbicara dengan leleuhur beliau yang sudah meninggal, namun tidak seorangpun yang sanggup melakukan hal tersebut.Setelah berjalan beberapa bulan lamanya Ida I Dewa Agung Jambe Sakti termenung memikirkan siapa gerangan yang dapat melaksanakan tugas tersebut, beliau teringat akan cerita orang-orang di tepi siring Tabanan tentang kesaktian Ida Pranda Sakti Ender keturunan Brahmana Keniten yang selalu mengembara keseluruh daerah Bali sehingga tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap.Maka dikirimlah utusan keseluruh penjuru Bali untuk mencari keberadaan Ida Pranda Sakti Ender. Setelah berselang beberapa lama maka utusan yang dikirim ke Badung menemukan Ida Pranda Sakti Ender sedang memuput upacara manusia yadnya di desa Sida Karya Sesetan. Para utusan kemudian menyampaikan maksud dan tujuannya menemui Ida Pranda Sakti Ender atas perintah dari Ida I Dewa Agung Jambe Sakti. Setelah mendengar penjelasan utusan tersebut beliau menyanggupi dan minta diantar ke Puri Kelungkung.Setelah sampai diPuri Kelungkung, Ida Pranda Sakti Ender diterima langsung oleh Ida I Dewa Agung Jambe Sakti dan menyampaikan prihal upakara Pitra Yadnya yang akan dilaksanakan tersebut.

Segala persiapan telah dilaksanakan dan setelah semuanya siap mulailah Ida Pranda Sakti Ender melaksanakan puja wali. Pada waktu Ida Peranda mengadakan puja layang-layang yang tergantung di Penjor sunari bergerak gerak seperti bersuara manusia. Ida I Dewa Agung Jambe Sakti kemudian bercakap cakap dengan leluhurnya melalui layang layang tersebut.Demikianlah karena kesaktian dari Ida Pranda Sakti Ender maka apa yang menjadi keinginan dari Ida I Dewa Agung Jambe Sakti akhirnya dapat terwujud dan sebagai rasa terima kasih Ida Pranda Sakti Ender kemudian diangkat sebagai Bagawanta Kerajaan Kelungkung.Brahmana Kemenuh yang merasa tersisih memilih meninggalkan Kelungkung menuju desa Den Bukit namun dalam perjalanan beliau bertemu dengan Ki Barak Panji Sakti. Dalam pertemuannya tersebut Ki Barak Panji Sakti menawarkan kepada Brahmana Kemunuh untuk menetap di desa Panji. Sedangkan Brahmana Manuaba juga meninggalkan Kelungkung menuju desa Dawan dan membuat pesraman di bukit Abah.

  • Karena merasa tersisih dan kehilangan kepercayaan dari Kerajaan Kelungkung, timbullah rasa kecewa dan sakit hati dari Brahmana Manuaba. Beliau mulai mengabaikan semua perintah Raja Kelungkung. Ida I Dewa Agung Jambe Sakti mendapat laporan tentang pembangkangan Brahmana Manuaba kemudian memutuskan untuk menghukum Brahmana Manuaba, namun tidak seorangpun utusan yang berhasil mendekat ke desa Dawan, karena baru saja utusan menginjak perbatasan Dawan, mereka sudah dihadang oleh ribuan tabuan sirah (tawon) karena beliau mempunyai senjata yang sangat ampuh yaitu sebuah tongkat sakti dan sebuah Kulkul yang berisi rumah tawon. Bila ada musuh yang mendekat maka dengan sendirinya tanpa dipukul kulkul tersebut akan berbunyi dan semua tabuan sirah yang ada didalamnya akan terbang menyerang musuh dan menyengat sampai mati.Setelah mendapat laporan tersebut, Ida I Dewa Agung Jambe Sakti menjadi sangat marah dan memerintahkan pasukan Kerajaan kelungkung untuk menggempur desa Dawan dari segala arah. Pasukan Klungkung kemudian disambut oleh ribuan tabuan sirah dan korban dari pihak Klungkung sangat banyak sehingga sisanya memilih mengundurkan diri kembali ke Klungkung. Ida I Dewa Agung Jambe Sakti sangat kesal menyaksikan kekalahan yang dialami laskar Klungkung dan memikirkan cara lain untuk mengalhkan Brahmana Manuaba.Pada suatu hari beliau mendapat firasat bahwa yang dapat mengalahkan Brahmana Manuaba adalah Kerajaan Badung, maka dikirmlah utusan untuk menghadap Raja Badung Ida Bhatara Maharaja Sakti di Puri Agung Pemecutan.

Setelah menghadap utusan kemudian menyampaikan maksud dan tujuannya diutus oleh Ida I Dewa Agung Jambe Sakti untuk meminta bantuan untuk mengalahkan Brahmana Manuaba yang bermukum di desa Dawan.Ida Bhatara Maharaja Sakti minta waktu beberapa hari untuk mempertimbangkan hal tersebut karena hal tersebut akan dibicarakan terlebih dahulu dengan putra putra beliau. Dalam rapat yang diadakan dengan pembesar Puri Pemecutan dan putra putranya beliau menyampaikan permohonan dari Kerajaan Klungkung yang minta bantuan dari Puri Pemecutan untuk mengalahkan Brahmana Manuaba di desa Dawan. Dalam rapat tersebut akhirnya diputuskan bahwa putra beliau yang bernama kiyai Agung Anom diberikan kepercayaan untuk melaksanakan tugas tersebut. Setelah adanya keputusan tersebut utusan Kerajaan Klungkung sangat gembira dan mohon pamit untuk menyampaikan kesediaan Puri Pemecutan membantu Kerajaan Klungkung.Setelah mendapat kepercayaan dari ayahnya untuk melaksanakan tugas tersebut, Kyai Agung Anom mohon pamit untuk kembali ke Desa Nyitdah Kediri Tabanan tempat pos pasukannya ditempatkan. Di Pura Gegelang desa Nyitdah, Kyai Agung Anom bertapa semedi mohon petunjuk dari Ida Sanghyang Widhi untuk mengalahkan Brahmana Manuaba di desa Dawan. Dalam semedinya beliau mendapat petunjuk bahwa Brahmana Manuaba hanya dapat dikalahkan oleh api unggun dan dalam melaksanakan tugas tersebut harus bekerjasama dengan cucu dari Brahmana Keniten yang sudah lama bermukim di desa Dawan Kaja (utara). Kyai Agung Anom sangat gembira mendapat petunjuk tersebut dan segeralah dilakukan persipan untuk menuju desa Dawan.

  • Setelah sampai di desa Dawan segeralah diatur strategi penyerangan dengan cucu brahmana Keniten yaitu penyerangan akan dilakukaan tepat pada tengah hari dan dilarang melakukan penyerangan sebelum api unggun dinyalakan. Setelah melalui persiapan yang matang maka mulailah penyerangan desa Dawan pada tengah hari, api ungun dinyalakan oleh Brahmana Keniten di puncak bukit Abah dan terlihat sangat jelas dari pos pertahanan Kayai Agung Anom dan memerintahkan pasukannya untuk menyerang desa Dawan dari segala arah. Mendapat serangan yang mendadak tersebut rakyat desa Dawan sangat terkejut dan tidak sempat sempat memberikan perlawanan sedangkan senjata andalan Brahmana Manuaba berupa tongkat sakti dan tabuan sirah tidak berfungsi karena api ungun yang dinyalakan telah membuat takut tabuan sirah.Brahmana Manuaba akhirnya mengaku kalah dan menyerahkan seluruh desa Dawan beserta rakyatnya kepada Kiyai Agung Anom. Berita kemenangan pasukan Kiyai Agung Anom akhirnya sampai kehadapan Ida I Dewa Agung Jambe Sakti dan sebagai rasa terima kasih beliau mengundang seluruh laskar Badung ke Puri Klungkung. Ida I Dewa Agung Jambe Sakti minta kepada Kyai Agung Anom untuk menetap di desa Dawan dan akan diangkat sebagai kepala Pemerintahan, namun beliau menolak hadiah tersebut. Namun untuk mengenang hal tersebut Kyai Agung Anom memutuskan mengambil nama Desa Dawan sebagai namanya sehingga mulai saat itu Kyai Agung Anom berganti nama menjadi Kiyai Agung Lanang Dawan.Oleh karena tugas telah selesai maka Kiyai Agung Lanang Dawan mohon diri kehadapanIda I Dewa Agung Jambe Sakti untuk kembali ke Puri Pemecutan. Dalam perjalanan pulang ke Puri Pemecutan Kiyai Agung Lanang Dawan ikut serta warga Brahmana Keniten, warga Brahmana Manuaba dan warga tangkas sebanyak 40 KK.
  • Asal Muasal Jero Lanang Dawan Menempati Daerah Tegal (Jatuhnya Jero Tegeh Kuri Tegal)

Di kisahkan Ida Bhatara Maharaja Sakti ingin mempersunting Ni Gusti Ayu Tegeh yang merupaka putri dari I Gusti Made Tegeh di Jero Tegeh Kuri Tegal. Peminangan telah diterima dengan baik dan hari pengambilanpun telah disepakati oleh kedua belah pihak yaitu dua pekan lagi. Namun pada hari yang telah ditentukan telah terjadi sesuatu yang tidak baik dimana Ni Gusti Ayu Tegeh telah terlebih dahulu dikawinkan dengan raja Mengwi dengan tujuan untuk mendapatkan batuan dari Kerajaan Mengwi untuk mengembalikan kekuasaan atau kedudukan I Gusti Made Tegeh sebagai Raja Badung.

  • Ida Bhatara Maharaja Sakti merasa terhina dengan permainan seperti ini, dan tidak ada pilihan lain selain memberikan pelajaran yang setimpal atas perbuatan I Gusti Made Tegeh. Pasukan Pemecutan kemudian menyerang Jero Tegeh Kuri dan pertempuran tidak bisa dihindarkan. Dari pihak Jero Tegeh Kuri banyak yang menjadi korban sehingga I Gusti Made Tegeh memutuskan untuk meninggalkan Jero Tegeh Kuri kearah timur menuju Gianyar. Setelah rombongan sampai di sebelah utara Batubulan, I Gusti Made Tegeh memutuskan untuk beristirahat dan membuat perkemahan. Dalam pelariannya I Gusti Made Tegeh membawa serta pejenengan berupa keris dn diikuti oleh panjak 200 KK.Setelah beberapa lamanya rombongan I Gusti Made Tegeh berkemah di hutan yang lebat, I Gusti Made Tegeh kemudian datang menyerahkan diri ke Puri batubulan, mohon perlindungan serta mengabdi. I Gusti Made Tegeh diterima dengan baik dan diperkenankan membuat Jero di tengah hutan yang menjadi wilayah kekuasaan Puri batubulan. Jero tegeh Kuri kemudian dibangun disebelah barat jalan tikungan menuju Desa Celuk dan diberi nama Jero Tegal Tamu. Sisa anggota keluarga I Gusti Made Tegeh yang masih ditinggalkan di Tegal mohon perlindungan Raja Pemecutan dan sebagai hukumannya kastanya dirurunkan menjadi Gusti Pengaotan yang berarti tidak menepati janji.Untuk menghadapi serangan balasan dari I Gusti Made Tegeh beserta Puri Batubulan, maka Ida Bhatara Maharaja Sakti menempatkan salah seorang putranya yaitu Kiyai Agung Lanang Dawan yang sebelumnya menempati pos di Kediri (Tabanan) untuk ditarik ke Tegal untuk membantu laskar Lanang Cempaka yang sebelumnya telah terlebih dahulu menempati pos tersebut.

Kiyai Agung Lanang Dawan menempati posnya yang baru di desa Tegal dengan membawa serta warga Kaba Kaba, warga Tangkas, warga Losan, warga Belayu, warga Baluwan, dan warga Pasek Kedangkan. Warga Kaba kaba berasal dari Arya Belang Singa di Kaba kaba yang pada mulanya terlibat dalam suatu pertempuran yang sengit dengan Arya Belog. Arya Belang Singa tersedesak dan hampir dibunuh namun berhasil melarikan diri ke desa Nyitdah Kediri yang merupakan markas Kiyai Agung Lanang Dawan dan mohon perlindungan. Kiyai Agung Lanang Dawan mau menerima Arya Belang Singa namun kastanya diturunkan menjadi I Gde Kelakan yang berarti pernah dikalahkan. I Gde Kelakan diberi tugas untuk merawat Pura Pekendungan di desa Beraban Nyitdah dan setelah Kiyai Agung Lanang Dawan menetap di Jero Dawan Tegal beliau membuat Pura Pesimpangan Pekendungan yang disesungsung oleh warga Kaba Kaba sampai sekarang. Lokasi Pura tersebut berada di Jalan Imambonjol disebelah Barat Pura Majapahit.Pertahanan Kiyai Agung Lanang Dawan di Tegal diatur sedemikian rupa sehingga bergelar Sabit Mangap dengan posisi sebagai berikut

  • Disebelah Barat Pura Batur didrikan Jero dawan terus berurutan keselatan I Gede Kelakan, I Gede Padang, Warga Tambiyak, Warga Kayumas, Warga Baluwan dan yang paling selatan warga Kaba Kaba menjadi satu dengan Pura Pekendungan.
  • Disebelah Utara Pura Batur didirikan Jero Dawan Kanginan berurutan ketimur warga Losan dan warga kayumas.
Dengan pertahanan yang demikian kuat I Gusti Made Tegeh mengurungkan niatnya untuk menyerang kembali desa Tegal dan memutuskan untuk menetap di Desa Tegal Tamu sampai sekarang. Sebelum I Gusti Made Tegeh Kuri menjadi raja Badung, daerah Tegal ada dibawah kekuasaan Ki Pasek Kedangkang dengan pusat pemerintahan ada di Puri Samprangan dibawah pemerintahan Sri Kresna Kepakisan sebagai Raja Bali. Pasek Kendangkan mendapat tugas dari Dalem Sri Kresna Kepakisan untuk menjaga Pulau Bali bagian selatan untuk mencegah pendaratan musuh di Pantai Kuta. Pasek Kendangkan kemudian membuat tempat tinggal di Tegal tepatnya di sebelah Timur jalan Imam bonjol persis dibelah selatan Pura Pasek sekarang dan disebelah utaranya dibangun tempat persembahyangan para leluhurnya yang deberi nama Pura Pasek Tegal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar